Geliat pagi tak pernah surut meskipun embun masih bergantungan di pucuk-pucuk hijau dan tirai kabut masih menutupi peraduan sang surya. Terlihat wajah-wajah penuh semangat, menyambut pagi dengan sumringah, demi menangguk rezeki yang mengaliri tiap sendi kehidupan. Bagi mereka, pagi adalah harapan baru, untuk kehidupan yang lebih baik.
Senda gurau dan tawa renyah mulai meningkahi suara derit meja kayu, di saat ibu-ibu muda itu menguli adonan kerupuk Karak Kaliang, di atas meja sederhana yang hanya dialasi plastik terpal warna biru. Mereka terlihat sangat ceria, keceriaan yang polos, keceriaan tanpa beban, keceriaan yang seakan tak terkontaminasi oleh hiruk pikuk berita-berita dunia, pun suasana politik negeri ini yang semakin amburadul. Keceriaan tulus yang mungkin tak pernah dirasakan oleh para petinggi negeri, meskipun mereka memiliki segudang harta, puluhan mobil mewah, rumah-rumah bak istana dan istri-istri yang bak bidadari.
Pagi masih perawan, ketika anak-anak mereka terbangun dari tidur yang sangat pulas, saking pulasnya bocah-bocah lugu itu tak sadar, saat ibu-ibu mereka membawa mereka dari rumah ke Bengke Karak Kaliang, tempat ibu-ibu mereka bekerja dalam keadaan masih tertidur nyenyak. Dengan sapaan tulus dan senyuman penuh kasih sayang, ibu-ibu itu mulai mengemasi anak-anaknya dengan perlengkapan yang telah disiapkan dari rumah. Setelah itu mereka sarapan pagi bersama dengan lahap, sebelum kembali melanjutkan pekerjaan mengolah adonan tadi menjadi kerupuk mentah Karak Kaliang.
Di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat, terdapat puluhan Bengke Karak Kaliang (istilah untuk industri rumah tangga yang memproduksi Karak Kaliang), yang memasok kerupuk ke gerai/toko yang menjual oleh-oleh khas Minangkabau. Baik gerai/toko yang tersebar di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota, mau pun gerai/toko oleh-oleh yang ada di daerah lain di Sumatera Barat, juga beberapa daerah lain di Sumatera.
Karak Kaliang, kerupuk tradisional yang tanpa menggunakan bahan pengawet ini, biasanya dimakan sebagai cemilan, bisa juga sebagai pelengkap makanan berkuah seperti soto, bakso dan sate, atau sebagai lauk yang dimakan bersama nasi. Tak heran jika kerupuk Karak Kaliang ini lebih diminati oleh para pelancong untuk dijadikan oleh-oleh buat sanak saudara mereka ketika mereka berkunjung ke Ranah Minang, khususnya ke Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Bukittinggi.
Serbuan makanan ringan modern dengan harga dan kemasan yang sangat menarik, tidak menyurutkan semangat para pengusaha kerupuk Karak Kaliang untuk terus berproduksi, meskipun masih menggunakan tenaga manusia dan cara yang sederhana dan manual. Keikhlasan, ketulusan dan keinginan untuk berbagi dengan para tenaga kerja lah yang membuat pengusaha kecil ini tetap bertahan di tengah gempuran makanan-makanan ringan bermerek.
Karak Kaliang yang proses pembuatannya banyak menyerap tenaga kerja ini, dipatok dengan harga yang sangat terjangkau, bahkan jika langsung membelinya ke Bengke-bengke Karak Kaliang, harganya akan jauh lebih murah. Dengan uang Rp.5.000 saja kita sudah bisa menikmati renyahnya kerupuk yang berbentuk angka keberuntungan ini. Disamping itu, jika kita membelinya secara langsung, kita juga bisa menikmati kebersamaan dan keceriaan dari para pekerja pembuat kerupuk, berbaur dan bersenda gurau sembari menikmati Karak Kaliang yang masih panas.
Jika sahabat berminat, silahkan hubungi saya di 085274255787.
No comments:
Post a Comment