"Status" belum tentu menggambarkan keadaan yang sebenarnya..bisa jadi malah kebalikannya.. so..bijaklah...
Dunia maya..dunia yang penuh dengan "editan", jadi jangan asal percaya
dan lantas "jatuh hati".. karena "menyesal" itu rasanya ngga enak dan
ngga enak..
Emm...
PUISI, PUISI CINTA, PUISI RINDU, PUISI CERIA, PUISI INDAH, PUISI HATI DAN PUISIKU
KATA MUTIARA, KATA-KATA BIJAK, KATA-KATA INDAH DAN KATA-KATA BAGUS
PANTUN, PANTUN CERIA, PANTUN CINTA, PANTUN RINDU, PANTUN JENAKA, PANTUN ANAK DAN PANTUN SEMANGAT
CERITA, CERPEN, KISAH NYATA DAN CATATAN
RESEP MASAKAN, RESEP MASAKAN PADANG, RESEP RENDANG, RESEP KUE KERING, RESEP BOLU/CAKE DAN RESEP JAJANAN/KULINER
LIRIK LAGU DAN ARTIKEL
Tuliskan Yang Terindah Sampai Lembaran Terakhir
Betapapun jeleknya masa lalumu, ia tetap lah masa lalu, yang telah
tertulis di lembaran-lembaran kenangan. Tak akan lagi bisa kau ubah atau
kau hapus. Ia akan tetap tercatat dalam lembaran sejarah hidupmu.
Biarkanlah lembaran-lembaran itu, meski lembaran hitam sekalipun, biarkanlah..
Fokuslah pada hari ini..lakukan yang terbaik hari ini, agar hari ini mencatat kenangan yang indah di lembaran yang masih tersedia..
Dan mulai hari ini, buatlah catatan-catatan yang indah dan bermanfaat untuk dikenang nanti, disaat buku itu telah terisi penuh hingga ke lembaran yang terakhir..
Biarkanlah lembaran-lembaran itu, meski lembaran hitam sekalipun, biarkanlah..
Fokuslah pada hari ini..lakukan yang terbaik hari ini, agar hari ini mencatat kenangan yang indah di lembaran yang masih tersedia..
Dan mulai hari ini, buatlah catatan-catatan yang indah dan bermanfaat untuk dikenang nanti, disaat buku itu telah terisi penuh hingga ke lembaran yang terakhir..
Puisi - Hanya Bersama Sepiku
Biarlah ku dekap sepiku
Mengiringi perjalanan waktu, detik demi detik
Tak ku hiraukan lagi mimpiku
Ku ingin, hanya bersama sepiku
Menikmati lamunan rindu
Pada kisah yang berakhir tanpa akhir
Biarlah..
Hanya bersama sepiku..
27 Februari 2016
Ngomong Langsung 4 Mata
Sangat tidak bijaksana jika mengatakan kesalahan seseorang di dalam
sebuah forum atau di keramaian meski menggunakan kata-kata sindiran
sekalipun.. karena, yang bersangkutan tentu akan merasa tersindir,
sedangkan yang lain yang ikut mendengarkan akan penasaran dan akan
mencari tahu...
Alhasil..dari bisik ke bisik, sekampung jadi mengetahui kesalahan seseorang tersebut..jelas..orang itu akan merasa sangat malu..
Coba ngomong langsung 4 mata..itu lebih baik...
Alhasil..dari bisik ke bisik, sekampung jadi mengetahui kesalahan seseorang tersebut..jelas..orang itu akan merasa sangat malu..
Coba ngomong langsung 4 mata..itu lebih baik...
Bukan Kata Mutiara - Sttt...Diamlah..!!
Ayolah..diam saja..
Jika kamu tidak memiliki ilmu tentang yang mereka perbincangkan, tidak usah ikutan nimbrung dan lebih baik DIAM, jika kamu tak ingin disebut "SOK TAU" atau dilabeli "TONG KOSONG NYARING BUNYINYA.."
Ngga rela kan, so...ssttt...
Jika kamu tidak memiliki ilmu tentang yang mereka perbincangkan, tidak usah ikutan nimbrung dan lebih baik DIAM, jika kamu tak ingin disebut "SOK TAU" atau dilabeli "TONG KOSONG NYARING BUNYINYA.."
Ngga rela kan, so...ssttt...
Puisi - Kabar Terbungkam
Ada cerita yang dihembuskan..
Dengan iringan senyuman remeh..
Mereka berceloteh menyindir-nyindir..
Berpandang-pandangan dengan bibir menunjuk..
Kabar itu bukan dari angin lalu..
Bukan dari mulut ke mulut..
Kabar yang santer se-antero..
Kabar itu dari mulut terbungkam yang berkicau dalam deru-deru dunia tak nyata..
Kabar itu bukanlah berita yang mereka tunggu..
Mereka tersinggung..
Dengan satu kata "blokir" kabar itu pun terbungkam..
22 Februari 2016
Bukan dari mulut ke mulut..
Kabar yang santer se-antero..
Kabar itu dari mulut terbungkam yang berkicau dalam deru-deru dunia tak nyata..
Kabar itu bukanlah berita yang mereka tunggu..
Mereka tersinggung..
Dengan satu kata "blokir" kabar itu pun terbungkam..
22 Februari 2016
Di Ateh Bendi
Ini hanyalah sepenggal kisah dari jutaan kisah yang setiap detik
berlalu, diabadikan sang waktu dan dibingkai dalam lembar-lembar
kenangan...
Tadi sore saya naik bendi dari Pasa Ibuah ke Pasa Payokumbuah sepulang belanja kebutuhan perut. Kebutulan penumpangnya cuma tiga orang, saya dan seorang bapak 60an beserta anaknya atau mungkin cucunya usia sekitar 5-6 tahun. Mereka duduk menghadap ke depan sejajar kusir, sedangkan saya sendirian di bangku belakang.
Bendi melaju pelan di antara deru kendaraan yang cukup padat. Karena bendi jalannya pelan, laju kendaraan di belakangnya agak sedikit tersendat-sendat sampai jalur sebelah agak longgar sehingga kendaraan lain bisa mendahului bendi tersebut..
Sampai di jalan yang agak sempit, ada sebuah "oto rancak badagok" berwarna putih yang terlihat dikemudikan oleh seorang ibu ibu..
Ibu itu kelihatan sangat modis tercermin dari gaya jilbab yang dia pakai. Mobilnya dipaksa berjalan "bainsuik-insuik" di belakang bendi sebab tak memungkinkan untuk memotong bendi dengan kondisi jalan yang hanya cukup untuk satu mobil.
Saya menoleh kearah ibu tersebut dan tersenyum, si ibu balas cuek saja sambil mengalihkan pandangannya ke kiri dan ke kanan.
Saya pikir mungkin si ibu itu tidak melihat saya dan saat dia kembali melihat ke depan, kembali saya senyumi, dia tetap cuek aja dan seperti menarik nafas dan kembali mengalihkan pandangannya.
Pikiran saya sontak berujar "mungkin ibu ini merasa sangat terganggu dengan laju bendi yang pelan dan mungkin ibu ini berpikir seperti ini "helloww...hari gini masih make kendaraan zaman siti nurbaya, apa kata toyota, honda, daihatsu dan teman-temannya, pantas saja ford mau hengkang dari negeri ini..helloow.."
Demi pikiran itu saya jadi menarik nafas dan beradai-andai..andaikan saya "beroda"..andaikan..
Namun hatiku berujar "bendi memang pelan, tapi bendi adalah saksi budaya yang masih hidup, bendi nyaris tak berpolusi, dan bendi adalah produk dalam negeri yang patut dibanggakan. Dannn.. mereka yang "beroda" pasti tak pernah tau bagaimana menyenangkannya saat menaiki bendi..."
Saya menyetujui hatiku dan kembali tersenyum, meski ibu itu tetap cuek dan mulai terlihat "sengkis" karena harus terus mengekori bendi hingga ke Pasa Panampuang..
Pikiranku lantas nyelutuk "ternyata kali ini "oto badagok" itu kalah cepat dari bendi, buktinya bendi yang duluan nyampe di Pasa..
hahahaha... (untung masih dalam hati)
Payakumbuh, 16 Februari 2016
Tadi sore saya naik bendi dari Pasa Ibuah ke Pasa Payokumbuah sepulang belanja kebutuhan perut. Kebutulan penumpangnya cuma tiga orang, saya dan seorang bapak 60an beserta anaknya atau mungkin cucunya usia sekitar 5-6 tahun. Mereka duduk menghadap ke depan sejajar kusir, sedangkan saya sendirian di bangku belakang.
Bendi melaju pelan di antara deru kendaraan yang cukup padat. Karena bendi jalannya pelan, laju kendaraan di belakangnya agak sedikit tersendat-sendat sampai jalur sebelah agak longgar sehingga kendaraan lain bisa mendahului bendi tersebut..
Sampai di jalan yang agak sempit, ada sebuah "oto rancak badagok" berwarna putih yang terlihat dikemudikan oleh seorang ibu ibu..
Ibu itu kelihatan sangat modis tercermin dari gaya jilbab yang dia pakai. Mobilnya dipaksa berjalan "bainsuik-insuik" di belakang bendi sebab tak memungkinkan untuk memotong bendi dengan kondisi jalan yang hanya cukup untuk satu mobil.
Saya menoleh kearah ibu tersebut dan tersenyum, si ibu balas cuek saja sambil mengalihkan pandangannya ke kiri dan ke kanan.
Saya pikir mungkin si ibu itu tidak melihat saya dan saat dia kembali melihat ke depan, kembali saya senyumi, dia tetap cuek aja dan seperti menarik nafas dan kembali mengalihkan pandangannya.
Pikiran saya sontak berujar "mungkin ibu ini merasa sangat terganggu dengan laju bendi yang pelan dan mungkin ibu ini berpikir seperti ini "helloww...hari gini masih make kendaraan zaman siti nurbaya, apa kata toyota, honda, daihatsu dan teman-temannya, pantas saja ford mau hengkang dari negeri ini..helloow.."
Demi pikiran itu saya jadi menarik nafas dan beradai-andai..andaikan saya "beroda"..andaikan..
Namun hatiku berujar "bendi memang pelan, tapi bendi adalah saksi budaya yang masih hidup, bendi nyaris tak berpolusi, dan bendi adalah produk dalam negeri yang patut dibanggakan. Dannn.. mereka yang "beroda" pasti tak pernah tau bagaimana menyenangkannya saat menaiki bendi..."
Saya menyetujui hatiku dan kembali tersenyum, meski ibu itu tetap cuek dan mulai terlihat "sengkis" karena harus terus mengekori bendi hingga ke Pasa Panampuang..
Pikiranku lantas nyelutuk "ternyata kali ini "oto badagok" itu kalah cepat dari bendi, buktinya bendi yang duluan nyampe di Pasa..
hahahaha... (untung masih dalam hati)
Payakumbuh, 16 Februari 2016
Subscribe to:
Posts (Atom)