Dia memang bagian dari tim, tapi hanya seorang "penjaga gawang".
Dari awal hingga ke akhir permainan dia akan tetap menjadi penjaga gawang, penjaga gawang ngganggur karena sejak permaianan dimulai dia nyaris tak pernah menyentuh bola, sebab bola hanya dioper dari satu pemain ke pemain lain, terkadang diperebutkan, ditendang, dioper lagi dan dioper lagi. Begitulah, saking lihai dan profesionalnya para pemain, nyaris bola tak pernah melewati kotak penalti, apalagi gol.
Jadilah sang penjaga gawang hanya seorang penjaga gawang nganggur.
Terlihat sesekali dia menguap dan dia mulai memesan secangkir kopi, dia menyeruput kopi sambil bersila didepan gawang. Tak lama kemudian, dia mengambil gadget dan mulai memainkannya. Dia membuka game bola dan bergumam " lebih baik begini, akan saya cetak gol sebanyak-banyaknya..." sambil membayangkan seakan dirinya ikut mengejar bola dan mencetak gol. Begitulah caranya membujuk hati agar bibirnya tetap bisa tersenyum meskipun sepi dari sorotan kamera.
Dia pernah berkeinginan untuk merasakan nikmatnya mengejar dan memainkan bola, sayang, pelatih tidak memberinya kepercayaan, mungkin karena pendidikannya tak cukup tinggi seperti pemain yang lain.
Terkadang dia merasa iri saat pemain yang baru bergabung saja sudah dipercaya untuk menggiring bola, tapi dengan satu tarikan nafas dia menyadarkan dirinya sendiri dan berusaha mengusir kesedihan hatinya sambil berkata " saya masih beruntung bisa menjadi bagian dari tim ini meskipun hanya seorang "penjaga gawang nganggur" yang nyaris tak pernah menyentuh bola, dan saya juga beruntung karena bisa berada di lapangan ini disaat ribuan orang di luar sana memimpikan bisa menjadi bagian dari tim ini...." Yaa..begitulah..
"Rasa sakit itu bisa saja terasa menyenangkan, tergantung bagaimana cara kita menikmatinya.."
No comments:
Post a Comment