Mendung
menggantung sore itu. Sabak pun melingkupi hiruk pikuk dan keriuhan
pasar tradisional kala itu, seiring rona senja yang mulai kelihatan
membayang di ufuk.
Seorang bapak paruh baya menuntun sepeda bututnya
di antara puluhan pembeli yang berlalu lalang hilir mudik. Di
sebelahnya, seorang ibu yang berpenampilan sangat sederhana, menggandeng
tangannya dengan mesra. Mereka berjalan pelan sambil
berbisik-bisik dan sesekali tersenyum, kemudian celingak-celinguk
memperhatikan dagangan yang digelar para pedagang di lapak-lapak
seadanya. Sepertinya mereka sedang mendiskusikan apa yang akan mereka
beli. Jika dilihat dari kemesraannya, barangkali mereka adalah sepasang
suami istri. Sepasang suami istri yang kelihatannya sangat bahagia meski
sederhana dan bersahaja.
Matahari tak lagi memperlihatkan
kegarangannya sore itu karena ditutupi tirai awan kelabu. perlahan, satu
persatu pengunjung pasar mulai memacu kendaraan mereka meninggalkan
pasar yang semakin riuh.
Pun demikian juga dengan sepasang suami istri itu.
Bapak itu meminta istrinya yang menenteng sekantong kecil belanjaan,
untuk naik ke boncengan sepedanya. Ibu itu mengganguk dan tersenyum.
Sebelun mengayuh sepedanya bapak itu berpesan kepada istrinya agar
berpegangan dengan erat. Sepeda butut itu pun berlalu di antara deru
kendaraan yang saling berkejaran.
Kebahagiaan adalah milik
semua orang, tak mesti berpenampilan wah dan berkendaraan mewah, karena
bahagia itu milik orang-orang yang ikhlas dan bersyukur.
No comments:
Post a Comment