Ku bekukan kerinduanku padamu di dalam dinginnya hatiku
karena bara asa ini mulai meredup dan tak lagi mampu menghangatkan
langkahku makin melambat..
dan waktu kian jauh membawa kisah yang belum usai itu..
aku terseok dan tak lagi mampu mengiringinya..
genggamanku terlerai..
harapanku pun terhempas, berderai..
meski mimpi tentangmu terus membara..
hari-hari tetap membeku dan asa pupus dalam takdir yang tak sama..
dalam hampa, ku tetap ingin berbisik "aku merindukanmu.."
31 Oktober 2014
PUISI, PUISI CINTA, PUISI RINDU, PUISI CERIA, PUISI INDAH, PUISI HATI DAN PUISIKU
KATA MUTIARA, KATA-KATA BIJAK, KATA-KATA INDAH DAN KATA-KATA BAGUS
PANTUN, PANTUN CERIA, PANTUN CINTA, PANTUN RINDU, PANTUN JENAKA, PANTUN ANAK DAN PANTUN SEMANGAT
CERITA, CERPEN, KISAH NYATA DAN CATATAN
RESEP MASAKAN, RESEP MASAKAN PADANG, RESEP RENDANG, RESEP KUE KERING, RESEP BOLU/CAKE DAN RESEP JAJANAN/KULINER
LIRIK LAGU DAN ARTIKEL
Puisi - Buah Janji
Lihatlah..
Wajah-wajah kusut itu
Ketidakpuasan terbias dari garis muka yang melengkung
mereka menunduk dalam tatapan buas penuh amarah
dengarlah..
mereka menyerukan keadilan
Teriakan mereka bagai lolongan kekecewaan pada janji yang diingkari
pada harapan yang terhempas di hari penentuan
hening..tanpa jawaban..
mereka terdiam, namun menyulut api dendam
emosi tumpah bak air bah yang menghanyutkan logika dan akal sehat..
mereka berlalu dengan dada membara..
28 Oktober 2014
Wajah-wajah kusut itu
Ketidakpuasan terbias dari garis muka yang melengkung
mereka menunduk dalam tatapan buas penuh amarah
dengarlah..
mereka menyerukan keadilan
Teriakan mereka bagai lolongan kekecewaan pada janji yang diingkari
pada harapan yang terhempas di hari penentuan
hening..tanpa jawaban..
mereka terdiam, namun menyulut api dendam
emosi tumpah bak air bah yang menghanyutkan logika dan akal sehat..
mereka berlalu dengan dada membara..
28 Oktober 2014
Pantun Minang
dek pungguak hanyo bulan nan tabayang
nyo baharok, kok lai ka sampai di ganggaman
dima denai duduak disinan uda tabayang
salamo ko uda, hanyo nyato di dalam rasian
nyo baharok, kok lai ka sampai di ganggaman
dima denai duduak disinan uda tabayang
salamo ko uda, hanyo nyato di dalam rasian
Pantun Lebay
ke hutan bawa senapan dan belati
mari berburu, rusa dan kijang
yakinlah hanya engkau yang di hati
kau bilang cemburu, aku pun senang
mari berburu, rusa dan kijang
yakinlah hanya engkau yang di hati
kau bilang cemburu, aku pun senang
Puisi - Dia Telah Pergi
dia telah pergi..
meninggalkan kenangan indah yang terlukis di dinding hati..
goresannya tak terpupuskan oleh waktu..
meskipun sesalku telah bersimpuh menghamba pada bayangannya..
namun gagal membujuk kerinduan yang tak henti bertandang..
dan tak melerai asa yang terus terajut..
dia telah pergi..
namun senyumnya tak pernah lepas dari pelupuk mataku..
aku sendu..
dia nyata saat aku terpejam..
dia telah pergi..mungkin tak kan pernah kembali..
aku tahu itu..aku tak ragu..
cukuplah desiran di dada menggodaku, ketika ceria tatapannya melintas di antara senyuman yang seperti sama..
aku merindukanmu..
7 Oktober 2014
meninggalkan kenangan indah yang terlukis di dinding hati..
goresannya tak terpupuskan oleh waktu..
meskipun sesalku telah bersimpuh menghamba pada bayangannya..
namun gagal membujuk kerinduan yang tak henti bertandang..
dan tak melerai asa yang terus terajut..
dia telah pergi..
namun senyumnya tak pernah lepas dari pelupuk mataku..
aku sendu..
dia nyata saat aku terpejam..
dia telah pergi..mungkin tak kan pernah kembali..
aku tahu itu..aku tak ragu..
cukuplah desiran di dada menggodaku, ketika ceria tatapannya melintas di antara senyuman yang seperti sama..
aku merindukanmu..
7 Oktober 2014
Puisi - Kebisuan Mengiris
beranda bisu membiaskan terpaan kecamuk pikiran..
simpul-simpul kasih kusut tak mampu merenda kedamaian..
bathin terus berperang melawan logika yang mulai kritis..
perasaan pun terluka, terus tergores pedang-pedang keegoisan..
dimana nurani?
mengapa hanya diam membisu?
kebisuan telah menyayat hati, teramat perih, dalam hening yang terasa semakin mengiris..
7 Oktober 2014
simpul-simpul kasih kusut tak mampu merenda kedamaian..
bathin terus berperang melawan logika yang mulai kritis..
perasaan pun terluka, terus tergores pedang-pedang keegoisan..
dimana nurani?
mengapa hanya diam membisu?
kebisuan telah menyayat hati, teramat perih, dalam hening yang terasa semakin mengiris..
7 Oktober 2014
Puisi - Mengagumi
Aku pun tergoda..
Dalam diam..
Ku kagumi pesonanya dari kejauhan..
Kulukiskan siluet keindahannya dalam rangkaian kata-kata puitis..
3 Oktober 2014
Dalam diam..
Ku kagumi pesonanya dari kejauhan..
Kulukiskan siluet keindahannya dalam rangkaian kata-kata puitis..
3 Oktober 2014
Puisi - Akulah yang Mampu
Akulah yang mampu tertawa meski gundah..
Akulah yang mampu tersenyum meski mata berkaca-kaca..
Akulah yang mampu bercanda meski dalam kegetiran..
Akulah yang mampu diam meski perasaan menjerit..
Akulah yang mampu berkata manis meski hati teriris..
Akulah yang mampu memberi nasehat meski masalah mendera tanpa henti..
Akulah yang mampu..karena aku adalah kehormatanmu..
Dan aku adalah citramu..
Itulah aku..abdikan hidup padamu meski selalu terbiar..
2 Oktober 2014
Akulah yang mampu tersenyum meski mata berkaca-kaca..
Akulah yang mampu bercanda meski dalam kegetiran..
Akulah yang mampu diam meski perasaan menjerit..
Akulah yang mampu berkata manis meski hati teriris..
Akulah yang mampu memberi nasehat meski masalah mendera tanpa henti..
Akulah yang mampu..karena aku adalah kehormatanmu..
Dan aku adalah citramu..
Itulah aku..abdikan hidup padamu meski selalu terbiar..
2 Oktober 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)